Husna hanya seorang gadis cilik biasa – yang dari lensa mata seorang anak, masih memandang dunia sebagai sesuatu yang penuh keceriaan. Namun ketika ia baru duduk di bangku kelas 3 SD, semester 2, tepatnya di awal tahun 2019, ia didiagnosis menderita tumor otak. Tumor itu dengan cepat berkembang menjadi kanker otak stadium 4.
Ketika saya ikut dengan tim medis Rachel House berkunjung ke rumah Husna, sambil membawa donasi sembako dan beberapa kebutuhan esensial untuknya, saya menyaksikan betapa Husna hanya bisa terbaring di tempat tidur. Hampir seluruh tubuhnya tidak dapat digerakkan. Pada dinding di samping tempat tidurnya, tampak lampu berbentuk peri menyinari beberapa foto polaroid yang menunjukkan kenangan indah hidup Husna, dengan catatan serta gambar dan coretan kecil tercantum pada setiap foto.
Suasana di rumah Husna yang mungil itu terasa sunyi, dengan sesekali terdengar dengkuran dari banyaknya kucing yang dipelihara oleh keluarga itu. Beberapa di antara kucing itu dinamai sendiri oleh Husna. Ibunda Husna kemudian bercerita kepada saya tentang bagaimana kondisi Husna semakin parah, terlebih mengingat di bulan Desember tahun lalu, ia masih berjalan dan berlari.
Bahkan, ketika Husna pertama kali masuk ke dalam perawatan Rachel House pada bulan Januari 2022 untuk mendapatkan dukungan asuhan paliatif di rumah, gadis cilik itu masih bisa makan dan minum secara normal. Namun sekarang ia hanya bisa makan dan minum melalui selang NGT. Husna yang dulunya ceria dan selalu aktif, perlahan menyerah pada penyakitnya, bahkan sampai kehilangan suaranya di bulan Agustus lalu.
Saat ini Husna juga mengalami kebutaan di mata kirinya, dan lengan kanan serta kedua kakinya lumpuh. Namun ia masih bisa melakukan gerakan kecil dengan tangan kiri dan jari-jari kakinya. Saat kami tiba, ia melambai kepada saya dan perawat Rachel House. Tangannya yang lemah menjabat tangan saya, dan ia juga mengacungkan jempolnya. Diagnosis Husna benar-benar memperlihatkan ketahanan dan kekuatan yang ia miliki dalam melawan penyakit. Setelah sekitar 3 tahun berjuang melawan kanker, ia masih terus berusaha keras, serta mendapatkan semangat serta penghiburan dari keluarganya.
Kedua orang tua Husna untuk sementara mengakhiri karir profesional mereka demi merawat anaknya tercinta. Mereka mencoba membuka usaha kecil-kecilan dalam menjual makanan beku, yang diberi nama “Husna Frozen Food”, demi membantu biaya pengobatannya. Usaha tersebut masih berjalan, namun tidak banyak mendatangkan hasil.
Terlepas dari itu, keluarga besarnya secara rutin datang berkunjung dan mengadakan acara kumpul-kumpul untuk menengok Husna. Dari waktu ke waktu mereka juga sering melakukan video call untuk memeriksa kabar Husna. Menurut ibunda Husna, masih bisa bertemu dan berkumpul dengan orang-orang adalah hal yang membuat gadis itu benar-benar bahagia.
Ketika kami datang, keadaan Husna tampak sedang baik. Bahkan, ia bisa mengucapkan kata “Iya” – yang meskipun hanya ucapan singkat namun sangat mengejutkan saya dan Dadan, perawat Rachel House. Pemeriksaan rutin kepada Husna oleh Dadan pun berjalan lancar, dan saya ikut senang mendengar bahwa isu batuk yang sempat dialami oleh Husna sudah teratasi.
Setelah kami berpamitan dengan Husna dan keluarga, di perjalanan pulang yang cukup panjang menuju kantor Rachel House, Dadan menjelaskan kepada saya bahwa kondisi Husna sudah tidak dapat membaik ataupun disembuhkan.
Kunjungan kepada Husna ini adalah kunjungan pertama saya sebagai relawan Rachel House, namun ini sangat membuka mata saya, dan saya mulai memahami makna sebenarnya dari slogan Rachel House:
“Kami di sini bukan untuk menambah hari dalam kehidupan anak-anak, tetapi untuk menambah kehidupan dalam hari-hari mereka yang tersisa.”
Slogan tersebut tercantum sebagai tulisan kecil pada ID Card saya sebagai relawan. Ketika membacanya untuk pertama kali, saya tidak terlalu memikirkannya. Namun hari ini saya menyadari bahwa kalimat singkat itu penuh dengan makna.
Saya juga menyadari bahwa perjuangan anak-anak seperti Husna hampir tidak terwakili di media, jadi saya membuat tulisan ini, dengan harapan untuk membantu menyuarakan kehidupan serta perjuangan mereka.
Donasi sembako, susu, dan diapers yang kami bawa untuk Husna akan cukup untuk membantu kebutuhannya selama beberapa minggu ke depan, namun yang paling saya harapkan adalah agar Husna dan keluarganya mengalami perasaan damai dan tenang di sisa hari yang Husna miliki.
Meskipun kami hanya berada bersama Husna selama 1,5 jam, namun sepanjang waktu kami ada disana, kami dapat merasakan kegembiraan dan antusiasme gadis itu selama menerima kami berkunjung. Perjuangan Husna dalam menghadapi ujian hidup yang tidak mudah adalah sebuah contoh yang menakjubkan atas jiwa manusia yang tidak mudah untuk tergoyahkan.
*Kisah ini ditulis di bulan Oktober 2022, dan Husna meninggal di tengah kehangatan keluarganya di rumah, pada 15 November 2022 yang lalu.
[Oleh Travis Azzuria Taher, Volunteer]
Maukah kamu ikut memberikan secercah kebahagiaan bagi anak-anak yang dirawat oleh Rachel House? Mari berdonasi untuk mendukung pelayanan kami. Klik di sini untuk berdonasi.