Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak adalah asupan nutrisi. Dengan terpenuhinya kebutuhan nutrisi secara tepat dan berkualitas, tentunya tumbuh kembang anak dapat berjalan secara optimal.

Bagi anak yang harus hidup dengan penyakit serius, seperti HIV, kebutuhan akan asupan nutrisi yang tepat menjadi semakin krusial. Terpenuhinya kebutuhan gizi akan dapat membantu memastikan efektifitas pengobatan bagi pasien anak, dan memberi kekuatan fisik bagi sang pasien untuk tetap dapat melakukan fungsi-fungsi umumnya sebagai seorang individu. Apalagi, dalam kondisi sakit serius, penurunan berat badan secara signifikan akan menimbulkan terjadinya stress, dan bahkan memperburuk status fungsional dari pasien tersebut. 

Situasi tersebut banyak ditemukan oleh tim Rachel House di lapangan, terkait dengan pasien anak yang kami rawat. 

Mayoritas pasien Rachel House berasal dari keluarga kurang mampu dan kelompok masyarakat marjinal. Mereka tidak memiliki daya dukung ekonomi yang baik. Banyak dari orang tua pasien kami adalah pekerja serabutan, yang tidak memiliki penghasilan tetap. Tidak jarang, mereka mengalami kesulitan untuk sekedar makan. Oleh karena itu, asupan makanan bergizi pun bukanlah suatu prioritas bagi mereka. Sulitnya perekonomian membuat mereka tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak mereka, yang justru sangat penting untuk ditingkatkan, demi menjaga kondisi fisik si anak agar tidak semakin menurun.

Bertepatan pada Hari Gizi Nasional yang jatuh pada hari ini, 25 Januari 2023, kami ingin  berbagi kisah tentang salah satu pasien kami, Dea*, yang sejak lahir harus hidup dengan HIV. 

Dea dan Perjuangannya Melawan HIV

Dea, seorang gadis cilik berusia 3 tahun, dirujuk untuk mendapatkan perawatan asuhan paliatif dari Rachel House di bulan November 2021. Saat itu, usia Dea sudah menginjak 2 tahun, namun berat badannya hanya 5 kilogram (dibandingkan berat badan ideal anak seusianya yaitu 11 kg).  Ketika pertama kali Rachel House datang ke rumah Dea untuk melakukan pengkajian kondisi medisnya, kondisi gadis cilik itu membuat hati kami terenyuh, tubuhnya sangat kurus seolah hanya berbalut kulit dan tulang. Ia juga mengalami berbagai komplikasi medis, seperti infeksi paru yang membuat Dea kesulitan bernapas, penyakit kulit, dan diare yang berulang. 

Perawat kami menganalisa bahwa isu utama yang menyebabkan parahnya kondisi Dea adalah bukan saja ketidakpatuhan pada terapi obat antiretroviral (ARV), namun juga karena Dea mengalami kekurangan gizi. Orangtua Dea hanya tinggal sang ayah, yang bekerja serabutan sebagai tukang ojek, serta disambi mengurus Dea. Ibu Dea telah meninggal dunia akibat HIV yang dideritanya. Ayah tidak mampu membeli bahan makanan yang bernutrisi, apalagi susu bernutrisi tinggi, untuk Dea. Sehingga dari hari ke hari, kondisi Dea terus memburuk. 

Setelah memahami isu utama dari kondisi Dea, maka perawat kami pun menetapkan bahwa tujuan prioritas dari perawatan kepada Dea adalah memastikan Dea patuh minum obat dan memperbaiki asupan nutrisinya. Perawat Rachel House membantu menjadi jembatan antara dokter dan pasien, memastikan Dea dapat memperoleh obat-obatan yang ia butuhkan tanpa kesulitan. Selain itu, dukungan berupa susu PediaComplete (yang didonasikan oleh PT Abbott Indonesia) juga sangat membantu dalam meningkatkan berat badan Dea. Hanya dalam waktu 1 bulan, berat badan Dea naik menjadi 7 kilogram!

Kenapa Nutrisi Penting Untuk Anak Dengan HIV?

Malnutrisi adalah suatu bahaya serius bagi orang yang hidup dengan HIV. Bahkan di tahap awal infeksi HIV ketika tidak ada gejala yang terlihat, HIV dapat menekan kondisi gizi pada tubuh penderitanya, sehingga resiko malnutrisi meningkat secara signifikan. Nutrisi yang baik tidaklah dapat menyembuhkan atau mencegah infeksi HIV, tetapi dapat membantu mempertahankan dan meningkatkan status gizi penderita serta menghambat perkembangan dari HIV menjadi AIDS. 

Nutrisi yang baik dapat membantu tubuh untuk memproses obat-obatan yang dikonsumsi oleh si pasien anak, sehingga, kondisi medis dapat terkelola dengan baik dan kualitas hidup anak dapat terjaga. Seperti yang terjadi dengan Dea. Setelah meminum obat dengan teratur dan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, kondisi medis Dea perlahan membaik. Dea tidak lagi mudah terserang infeksi, dan isu seperti gatal di kulit dan diarenya pun dapat  teratasi.

Banyak yang berpikir bahwa kunci utama untuk meningkatkan kondisi pasien dengan HIV adalah cukup dengan minum obat ARV. Itu adalah persepsi yang kurang tepat. Terapi ARV tidak dapat berjalan sendiri. Nutrisi yang cukup juga sama pentingnya untuk meningkatkan kondisi pasien, sebab pasien, khususnya anak, yang menjalani terapi ARV masih beresiko mengalami kematian akibat status gizi buruk.* Nutrisi pada anak dengan HIV juga sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi, dimana pola konsumsi yang tidak memenuhi kebutuhan, dapat menyebabkan kekurangan gizi yang lebih parah sehingga anak akan lebih rentan terhadap infeksi.

Di Hari Gizi Nasional ini, kami turut berharap agar pemahaman tentang pentingnya gizi dan nutrisi semakin dipahami oleh masyarakat. Nutrisi tidak hanya penting untuk anak dengan HIV, namun bagi anak dengan kondisi medis apapun. Tanpa nutrisi yang mencukupi, pengobatan tidak akan dapat berjalan secara optimal, sehingga kualitas hidup pun akan sulit untuk membaik.

 

*https://doi.org/10.22435/mgmi.v10i1.594