Perjalanan gadis remaja ini tidaklah mudah. Namun ia menjalaninya dengan tegar, di setiap langkahnya.
Ketika teman-temannya merayakan indahnya masa remaja, dunia Jasmine berputar ke arah yang berbeda. Sakit di perut yang terus menerus ia alami sejak awal tahun 2019, berujung pada ditemukannya tumor ganas di salah satu indung telurnya. Para dokter berkata bahwa ia memiliki peluang yang besar untuk pulih total, karena tampaknya mereka dapat menghilangkan seluruh massa tumornya. Setelah operasi pengangkatan tumornya berjalan dengan sukses, dan dilanjutkan dengan 5 bulan kemoterapi, Jasmine dinyatakan sehat di akhir tahun 2019.
Selama beberapa bulan setelah operasi, kehidupan Jasmine kembali normal, dan Jasmine menikmati setiap hari dalam hidupnya dengan lebih bersemangat, mengejar waktu yang sempat hilang.
Di bulan Maret 2020, kurang dari setahun pasca operasi, Jasmine menerima berita yang sangat ia takutkan, bahwa dari pemeriksaan rutin yang dijalaninya, ditemukan adanya massa lain. Jasmine dan ibunya saling berpegangan erat, untuk menemukan harapan serta keberanian. Keduanya bertekad untuk tidak saling menunjukkan ketakutan yang berkecamuk di hati mereka.
Siklus kemoterapi lanjutan pun dijadwalkan. Kali ini, Jasmine bertekad untuk tetap melanjutkan hidup senormal mungkin. Satu hal yang ia syukuri dari pandemi adalah sekolah yang diadakan secara virtual, sehinga membuat ia dapat tetap berpartisipasi di sekolah bersama teman-teman sekelasnya. Ia belajar dan mengikuti ujian seperti biasa, meski harus sambil menjalani kemoterapi dan berbagai pemeriksaan rutin. Bagi Jasmine, bisa dianggap “normal” seperti teman-temannya adalah hal yang memberinya semangat untuk melawan penyakit yang ia derita.
Setahun setelah menerima berita yang sangat buruk atas penyakitnya yang kambuh lagi, sebuah pemeriksaan USG rutin menemukan massa lain di perut Jasmine. Ketika massa di perutnya tumbuh dengan kecepatan yang menakutkan hanya dalam waktu 7 hari, dokter tidak punya pilihan lain selain merekomendasikan operasi untuk menghilangkan massa yang tumbuh pesat tersebut.
Di saat itu juga, Jasmine diperkenalkan pada Rachel House. Dokter menyarankan kepada Jasmine dan ibunya bahwa mereka mungkin memerlukan perawat yang terlatih dalam asuhan paliatif untuk berkunjung secara rutin ke rumah mereka, untuk membantu Jasmine mengatasi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang mungkin muncul, baik pasca operasi, atau seiring penyakitnya berkembang.
Dalam beberapa kunjungan awal, perawat Rachel House mendapatkan situasi yang tidak terduga-duga namun membahagiakan: memberikan perawatan kepada Jasmin sambil melihat betapa Jasmine sangat ceria dan positif dalam memandang masa depannya. Ia bertekad untuk tetap mengikuti ujian sekolah, meskipun sambil memulihkan diri dari operasi. Meski ia sangat tahu tentang penyakitnya dan resiko-resiko yang timbul, tidaklah membuat Jasmine menyangkal ataupun menghindari kenyataan pahit tentang perjalananya ke depan.
Bahkan ketika Jasmine mulai mengalami kesulitan bernapas dan Rachel House membawa tabung oksigen untuk membantunya mengatasi gejala yang membuatnya tidak nyaman, dengan tenang ia menyatakan keinginannya untuk tidak bergantung pada tabung oksigen.
Situasi itu menjadi awal perkenalan Jasmine dengan yoga – untuk mencari kedamaian dan mungkin mendapatkan kembali beberapa kontrol dalam hidupnya, meskipun kontrol untuk bisa bernapas dengan normal mulai menjauh darinya.
Ibu Jasmine mendukung putrinya untuk mencari kelas yoga online, yang kemudian membuat Jasmine berkomitmen untuk berlatih setiap hari. Setiap pagi, Jasmine siap di matras yoganya, dan memulai hari dengan gerakan yoga dan latihan pernapasan. Ketika ia merasakan kontraksi di dadanya akibat sesak napas, ia akan kembali ke saat dimana ia belajar menemukan kedamaian setiap pagi. Tentu saja, ada saat-saat dimana bernapas menjadi terlalu sulit untuk dilakukan, dan Jasmine harus menggunakan tabung oksigen, namun itu hanya sebentar. Hanya sampai rasa paniknya mereda.
Namun kemudian mendadak muncul rasa kebas yang menjalar dari jari kakinya, naik ke seluruh kakinya, hingga ke wajah. Diam-diam ia menyuarakan ketakutannya kepada perawat Rina dari Rachel House, “Apakah ini awal dari kelumpuhan, Suster?”
Sembari perawat Rina berkoordinasi dengan dokter spesialis onkologi untuk memberikan obat-obatan yang dapat meringankan gejalanya, Jasmine dan sang ibu bertekad mencari bantuan yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian dalam hati mereka. Secara rutin, ibunda Jasmine memanggil ustadz dan melaksanakan shalat jamaah serta mengaji bersama di rumah. Jasmine menemukan kedamaian dari sesi mengaji itu, sama seperti ia menemukan kedamaian dari yoga, dan kekuatan dengan menjalani rutinitas harian dari sekolah.
Lambat laun, sesak napasnya mereda dan rasa kebas di tubuh Jasmine menghilang.
Ada hari-hari dimana kehidupan Jasmine seolah terikat di tempat tidur. Bahkan sebuah gerakan kecil saja dapat sangat membuatnya sangat kesakitan. Tetapi bahkan saat ia sudah tidak bisa lagi melakukan gerakan yoga, teknik pernapasan menjadi sesuatu yang terus ia ingat dan lakukan.
Seiring dengan doa, dan cinta dari ibunya, Jasmine menemukan kedamaian.
*Nama diubah untuk privasi.
Maukah kamu ikut memberikan secercah kebahagiaan bagi anak-anak yang dirawat oleh Rachel House? Mari berdonasi untuk mendukung pelayanan kami. Klik di sini untuk berdonasi.