Hari itu kami berkunjung ke sebuah rumah penampungan untuk melakukan perawatan kepada Auldina. Ia terlihat sangat bahagia, bermain dengan beberapa temannya. Pipinya sekarang semakin gembul dan kulitnya terlihat lebih bersih. Ia membuat gerakan isyarat dengan tangan,bahwa ia ingin pergi ke kamar mandi. Auldina adalah anak yang cerdas. Ia belum dapat berbicara dengan baik, jadi ia memberitahu apa yang ia butuhkan dengan bahasa isyarat. Seorang temannya yang lebih tua menemani Auldina pergi ke toilet, karena ia baru belajar berjalan.

Terakhir kali kami mengunjungi Auldina, ia masih tinggal di rumah neneknya. Namun ia sudah tidak bisa lagi tinggal disana sekarang. Saat itu, Auldina dan ibunya harus tidur di bangku di depan rumahnya. Situasi hujan, namun mereka tidak bisa masuk dan harus tetap di luar, karena di dalam rumah sudah terlalu banyak orang. Rumah nenek Auldina sangatlah kecil dan terletak di daerah padat penduduk. Di rumah itu tinggallah nenek, kakek, tante Auldina yang memiliki gangguan mental, ibu Auldina, kakak perempuan Auldina, serta Auldina. Ayahnya sudah pergi meninggalkan mereka. Nenek adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarga itu. Sehari-hari sang nenek menawarkan jasanya untuk menjadi buruh cuci pakaian dari rumah ke rumah.

Ibu Auldina menderita penyakit yang sama dengan Auldina. Keduanya berada dalam kondisi yang tidak sehat dan membutuhkan perawatan medis, namun penghasilan nenek tidak cukup untuk merawat mereka berdua. Karena makanan dan obat-obatan yang tidak mencukupi, kesehatan mereka dengan cepat memburuk. Auldina pun akhirnya harus meninggalkan keluarga untuk dibawa ke sebuah rumah penampungan bagi anak dengan penyakit serupa seperti Auldina. Oleh karena itu kini Auldina harus hidup terpisah dari keluarganya.

Bulan lalu, Ibu Auldina menghembuskan nafasnya yang terakhir, tanpa sang anak bungsu kesayangan di sisinya. Sebelum meninggal, Ibu Auldina kerap meminta untuk dipertemukan dengan Auldina, sebab ia tahu harinya tidak akan lama lagi. Namun, pandemi telah membatasi mobilitas setiap orang, terutama mereka yang menderita penyakit serius. Sampai hari akhirnya, sang ibu hanya bisa mendengar suara anaknya melalui telepon.

Ketika kami datang hari itu, Auldina terlihat penuh energi. Ia terlihat berbeda dari biasanya. Kami tahu bahwa ia telah belajar untuk menjadi lebih mandiri. Kami mengajaknya bercanda. Beberapa kali kami perlu berbicara di dekat telinganya, agar Auldina bisa mendengar suara kami dengan jelas. Perasaaan kami bercampur aduk, melihat Auldina setelah ibunya meninggal.

Dada kami terasa berat, mengetahui bahwa Auldina tidak akan pernah bisa melihat ibunya lagi. Kami bertanya-tanya dalam hati, apa isi pikiran anak ini? Apakah ia menyadari bahwa ada yang berbeda? Bahwa ada sesuatu yang telah berubah. Apakah ia menyadari bahwa ia tidak lagi tinggal bersama keluarganya? Apakah ia ingat pembicaraan di telepon terakhir dengan ibunya? Apakah ia sering bertanya-tanya, mengapa ia tidak pernah lagi melihat wajah ibunya yang cantik atau mendengar suaranya yang menenangkan?

Kami mengunjungi Auldina dua minggu sekali, dan menelponnya seminggu sekali. Tugas kami adalah memeriksa kondisinya dan memastikan ia meminum obatnya secara teratur. Kami juga selalu membawakan perlengkapan dasar yang mungkin ia butuhkan, seperti diapers,  susu, dan obat-obatan.

Sekarang Auldina menjalani hidup di rumah penampungan, jauh dari keluarganya. Ia juga harus melawan penyakitnya seumur hidup tanpa dukungan dan kasih sayang orang tuanya. Ini membuat kami merasa lebih dekat dengan Auldina dibandingkan sebelumnya. Kami sadar bahwa kunjungan dan dukungan kami saat ini menjadi semakin penting untuk gadis kecil ini, terlepas dari berbagai tantangan yang ada karena pandemi. Kami menjadi jembatan yang familiar baginya, dengan masa lalu yang ia kenang.

Bagi anak yang hidup dengan penyakit kelainan imun, tumbuh kembangnya sangatlah terdampak, baik secara  fisik maupun emosional. Penyakit ini sudah diderita Auldina sejak ia masih bayi. Meskipun perkembangannya lambat, gadis ini terlihat sama cantiknya dengan anak-anak lain.  Kami sangat berharap ia bisa tumbuh lebih kuat dan sehat, karena kami akan terus memberikan cinta dan perhatian kepadanya.

*Nama diubah untuk privasi.

Maukah kamu ikut memberikan secercah kebahagiaan bagi anak-anak yang dirawat oleh Rachel House? Mari berdonasi untuk mendukung pelayanan kami.  Klik di sini untuk berdonasi.