Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan oleh mantan relawan Rachel House, Suryadi Limardi – didukung oleh penasihat lama Rachel House, Profesor Edward Poon – telah menjelaskan perlunya peningkatan perawatan paliatif untuk anak-anak Indonesia yang hidup dengan HIV.

Tahukah Anda bahwa Indonesia telah menjadi salah satu negara dengan tingkat infeksi HIV tertinggi pada anak-anak? Dalam lima tahun terakhir, tingkat infeksi HIV pada anak-anak di negara ini telah meningkat secara signifikan – tetapi sayangnya, hanya 25% dari anak-anak ini yang mengakses terapi antiretroviral (ART), sehingga dapat menyebabkan kematian dini pada sebagian besar anak-anak. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengakses ART masih mengalami masalah fisik, psikologis, psikososial dan spiritual sehingga membutuhkan perawatan jangka panjang kronis untuk mengatasi masalah multi-aspek ini.

Meskipun perawatan paliatif telah terbukti secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan retensi dalam perawatan HIV, masih ada kesenjangan yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan perawatan paliatif dan ketersediaan dan aksesibilitas layanan perawatan paliatif yang ada untuk anak-anak yang hidup dengan HIV (CLHIV) di negara. Mengintegrasikan perawatan paliatif ke dalam standar perawatan yang ada untuk CLHIV akan menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan ketersediaan layanan perawatan paliatif di seluruh Indonesia. Dengan berhasil mengintegrasikan perawatan paliatif ke dalam program kesehatan nasional untuk HIV, layanan perawatan kesehatan di seluruh pulau di Indonesia akan mampu memberikan perawatan paliatif dan menjangkau mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Integrasi ini akan melengkapi dan meningkatkan perawatan yang ada untuk CLHIV dan keluarga mereka di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana perawatan paliatif membantu meningkatkan kualitas hidup dan hasil untuk anak-anak yang hidup dengan HIV, baca artikel lengkapnya di sini – www.tandfonline.com 

Suryadi Limardi adalah lulusan dari Universitas Atma Jaya dan saat ini bekerja di pusat kesehatan masyarakat di pedesaan Sumba, Indonesia. dr. Suryadi menjadi sukarelawan di Rachel House pada tahun 2016 dan saat ini memfokuskan pekerjaannya pada masalah kesehatan anak-anak.