“Berdasarkan analisa kami selama ia dirawat di rumah sakit, penyebab utama rasa nyeri di perutnya adalah karena ia sudah terlalu lama kelaparan.” Penjelasan dokter spesialis imunologi di rumah sakit tentang kondisi Esti mengungkap hal yang sangat mengejutkan bagi kami semua.

Esti adalah gadis manis berusia sebelas tahun yang dirujuk oleh rumah sakit ke pelayanan Rachel House, untuk mengelola penyakit yang melemahkan imunitas tubuhnya. Ia mengalami malnutrisi dan sering merasakan nyeri tajam di perut, yang cenderung membuatnya terbangun dari tidur setiap tengah malam.

Ibu Esti meninggal dunia saat gadis ini baru berusia tiga tahun. Ia lalu dibesarkan oleh ayahnya, yang kehilangan kaki kiri dan tangan kirinya akibat kecelakaan.

Keterbatasan fisik sang ayah membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan dan pendapatan tetap. Ayah Esti bekerja sebagai juru parkir, tetapi hanya mendapatkan kesempatan bekerja setiap dua minggu sekali (bergantian dengan juru parkir lain). Penghasilan hariannya yang minim hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. 

Di saat-saat awal Esti mendapatkan perawatan dari Rachel House, setiap kali perawat kami mengunjunginya di rumah, Esti mengeluh bahwa ia hanya bisa makan beberapa suap, sebab tidak lama kemudian rasa nyeri di perutnya pun muncul. Setelah melakukan observasi yang ketat selama beberapa hari dan fakta bahwa serangan rasa nyeri yang parah semakin sering terjadi, perawat Rachel House memutuskan untuk berkoordinasi dengan rumah sakit, agar Esti dapat masuk rawat inap. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, dengan perawatan teratur dan asupan nutrisi yang baik serta terjadwal, rasa nyeri di perut Esti seolah hilang secara ajaib. 

Apa yang bisa dilakukan untuk anak seperti Esti?

Ayah Esti pergi bekerja sejak pagi buta hingga senja tiba. Di jam-jam saat ayahnya tidak ada, Esti terbiasa tidur – sambil memeluk guling di perutnya untuk mencari kenyamanan.

Apakah itu untuk menahan rasa lapar? Atau mungkin untuk mengatasi kesepian? Bagaimanapun, itu berarti Esti tidak makan selama lebih dari 13 jam setiap harinya. Tidak heran jika ketika ia akhirnya makan, asam lambung yang menumpuk menyebabkan rasa nyeri yang tajam.

Biasanya sang ayah kemudian duduk di sampingnya, memeluk Esti sebisanya – berharap rasa sakit itu hilang. Namun jerit dan tangis kesakitan Esti terus terjadi setiap malam. Hati ayahnya pedih. Tetapi apa yang bisa ia lakukan?

Rasa nyeri yang luar biasa datang setiap kali Esti makan di malam hari, sehingga membuatnya tidak mau makan. Siklus seperti itu terus berulang, menyebabkan kesehatannya semakin memburuk. Pada usia 11 tahun, berat badan Esti hanya sekitar 14 kilogram. Ia sangat lemah dan terlalu malu untuk keluar rumah, akibat fisiknya yang sangat kurus.

It takes a village.. untuk merawat anak seperti Esti

Pertama-tama, kami mendapatkan seorang tetangga di dekat rumah Esti, yang bersedia memasak setiap hari untuknya. Dengan pertolongan kemurahan hati para donor kami, kami pun menyediakan bahan makanan bergizi untuk dimasak agar tersedia setiap hari untuk Esti. 

Selanjutnya, perawat dan kader kami memastikan untuk menelpon Esti setiap hari secara rutin di setiap waktu makan siang, agar Esti bangun untuk makan tepat waktu. Ayah Esti pun mengatur dan memastikan Esti meminum obat-obatannya, setiap pagi sebelum sang ayah berangkat bekerja. 

Rachel House juga mengirimkan kompor dan peralatan memasak, agar dari waktu ke waktu, ayah Esti dapat merebus air untuk membuat minuman hangat bagi mereka berdua. Tidak hanya itu, kasur baru dan seprai bersih dikirimkan untuk memastikan Esti terbebas dari infeksi saat tubuhnya berjuang untuk pulih.

Anak-anak yang hidup dengan penyakit yang melemahkan imunitas seperti Esti membutuhkan nutrisi yang memadai, perawatan yang tepat, dan perhatian yang penuh kepedulian. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, resikonya adalah mereka dapat meninggal dunia. 

Rachel House hadir untuk anak-anak seperti Esti – memastikan mereka mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan, agar mereka dapat hidup dengan keceriaan, kenyamanan dan jauh dari penderitaan – sebagaimana layaknya yang berhak didapat oleh setiap anak.

Kami berterima kasih kepada semua donor dan pendukung, yang telah membantu kami agar bersama-sama mewujudkan sisa usia yang lebih baik untuk Esti dan anak-anak sepertinya. Sebab, it takes a village – dibutuhkan sebuah komunitas untuk bergotong royong merawat seorang anak yang hidup dengan penyakit serius.

*Nama diubah untuk privasi.